🫏 Dalam Proses Penciptaan Karya Seni Dibutuhkan

Pentingnyateori Nirmana dalam sebuah karya desain sangat banyak dan mendasar. Elemen-elemen yang terdapat dalam Nirmana seperti titik, garis, warna, tekstur dan sebagainya adalah elemen mendasar yang harus ada dalam penciptaan sebuah desain. Dimulai dengan titik yang akhirnya menjadi sebuah garis,lalu memebentuk berbagai macam bidang datar. Padapenciptaan karya ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu metode pendekatan estetis, ergonomis. metode pengumpulan data dengan studi pustaka, dan metode penciptaan dengan teori Gustami Sp 3 tahap 6 Langkah. Dalam proses pembuatan karya dibutuhkan beberapa data acuan berdasarkan pengumpulan ObesitasSebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Patung. Skripsi Penciptaan Seni (S-1), Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret. Skripsi Penciptaan Seni yang berwujud karya seni patung ini terinspirasi sumber idenya dari persoalan terhadap obesitas melalui respon di masyarakat Artinya proses penciptaan karya seni seringkali . Sarjono, Berbagai Pola Pikir 209 dibebani oleh suatu defenisi atau sistimatika yang vertikal (tradisional). Dengan demikian sehingga karya seni yang diproduksi hanya sekedar men- TEORI LATERAL DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI Dalam bidang seni, khususnya produk seni rupa (bahasa visual), proses Namundi dalam proses penciptaan karya seni mencakup dua hal yang sangat penting. Yaitu proses kreasi seni dan proses apresiasi seni. Sebagai media penyaluran kebutuhan bathiniah manusia, tentunya hal tersebut memiliki beberapa karakter yang mampu menjadikannya sebagai pemenuhan kebutuhan bathiniah manusia. Begitu juga dengan seni yang memiliki Konsepini dikembangkan dari pengalaman di bidang fotografi digital dan antropologi visual, dipandu oleh teori-teori dasar kreativitas, teori kuantum dalam seni, dan teori penciptaan seni yang telah ada sebelumnya. Melalui pendekatan emosional sebagai metode, disertai dengan pendekatan sistematis yang ter- struktur dari foto-etnografi dan TujuanPenciptaan Karya adalah sebagai berikut : 1. Mengekspresikan perasaan yang merupakan kristalisasi dari persepsi imajinasi penulis terhadap kehidupan manusia, melalui media karya lukisan. 2. Memenuhi syarat kenaikan tingkat ke IV/b. B. Proses Penciptaan. · Bahan Dan Alat. Dalamproses penciptaan karya seni lukis, pencipta awali dengan adanya sesuatu dorongan perasaa n yang tersentuh oleh suatu keunikan tingkah laku anjing. Dari dorongan tersebut menunjukkan ide - ide/gagasan untuk divisualisasikan ke dalam bentuk karya seni lukis. Berikut ini adalah uraian yang lebih rinci mengenai proses penciptaan dalam Untukitu perlu adanya pengetahuan tentang hal-hal yang dapat mendukung dan menghambat proses penciptaan karya seni. Hal tersebut merupakan faktor-faktor yang terkait langsung dalam kaitannya proses penciptaan seni. Pengaturan waktu sangat dibutuhkan dalam mendukung terciptanya suatu karya seni, begitu pula sebaliknya waktu yang tidak tepat iNv3WW. Ilustrasi seniman menciptakan karya seni rupa murnia dengan menggabungkan aspek konseptual dan aspek visual. Foto PixabaySeni rupa murni merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan seniman, yang hasil karyanya semata-mata hanya memberikan kepuasan batiniah atau rohaniah. Tujuan pokok penciptaan seni rupa murni adalah untuk kepentingan estetis, tanpa disertai fungsi seni rupa murni adalah kegiatan menciptakan sebuah karya seni untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan, menjadi perwujudan visual yang dilandasi kepekaan buku Pelajaran Seni Budaya SMA Kelas X karya Drs. Sumardi dkk 2010 14, terdapat dua aspek dalam penciptaan karya seni rupa murni, yaitu aspek konseptual dan aspek aspek konseptual memfokuskan penciptaan karya seni rupa murni yang mengarah kepada sebuah gagasan atau ide. Lalu, bagaimana dengan aspek visual dalam proses penciptaan seni rupa murni? Agar lebih memahaminya, simak uraian lengkapnya berikut visual dalam proses penciptaan seni rupa murni berhubungan dengan wujud karya seni yang dapat dinikmati oleh indera manusia. Foto PixabayAspek Visual dalam Proses Penciptaan Seni Rupa MurniAspek visual dalam karya seni rupa murni adalah aspek yang berhubungan dengan wujud karya seni rupa itu sendiri dan dapat dinikmati oleh indra manusia. Mengutip dalam buku Apresiasi Seni Rupa dan Seni Teater oleh Drs. Margono, dkk 2007 71, aspek visual dalam proses penciptaan seni rupa murni dibagi menjadi tiga macam, yaituSubject matter adalah permasalahan yang menjadi pokok penciptaan suatu karya seni. Subject matter diletakkan dalam aspek visual, agar dapat menjelaskan atau menghubungkan antara aspek konseptual penciptaan, dengan penggambarannya secara matter juga disebut sebagai tema karya seni rupa yang akan diciptakan. Misalnya, tema sosial tentang kemiskinan, akan menggunakan objek pengemis. Sementara itu, tema perjuangan kemerdekaan digunakan pahlawan sebagai tersebut dapat divisualisasikan dengan beberapa cara. Adapun caranya, yaituMemilih unsur-unsur seni rupa murni yang akan digunakan grafis, warna, tekstur, bidang, volume, ruang.Menyesuaikan dengan kebutuhan interes seni dan interes dengan prinsip estetika yang telah ditetapkan dalam aspek adalah salah satu contoh karya seni rupa murni. Foto PixabayKomposisi rupa berisi pengaturan dari berbagai prinsip seni rupa murni yang digunakan untuk penciptaan sebuah karya. Unsur-unsur seni rupa dikelola sedemikian rupa, untuk selanjutnya diatur dengan prinsip tertentu. Ada empat prinsip pokok yang dibutuhkan untuk mengelola unsur-unsur seni rupa tersebut, di antaranya yaitu proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik dan keunikan pribadi pencipta karya seni tersebut. Dalam penciptaan karya seni rupa murni, karakteristik atau ciri khas pencipta seni merupakan faktor bawaan, yang menandai sifat unik sebuah karya yang diciptakan. Gaya pribadi akan lebih terlihat, apabila kebebasan berekspresi diberikan, sehingga nampak keberagaman gaya seni yang sesuai kepribadian sang seniman/pencipta karya seni. Sebagai contoh, Raden Saleh, Basoeki Abdullah dan S. Soedjojono, adalah sesama pelukis dengan gaya realisme. Namun, karya-karya mereka akan sangat berlainan, karena unsur gaya pribadi yang dimilikiya. Karya Raden Saleh menghadirkan suasana dramatis aristokratis, karya Basoeki Abdullah memperlihatkan idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya S. Soedjojono menghadirkan suasana heroisme dan tujuan pokok penciptaan seni rupa murni?Ada berapa aspek dalam penciptaan karya seni?Apa maksudnya aspek konseptual dalam penciptaan karya seni? Seni adalah keindahan yang tertuang di dalam sebuah karya. Karya seni muncul tidak dengan serat-merta. Artinya, ada beberapa tahapan atau proses yang melingkupi kemunculan suatu karaya seni. Peran manusia seniman sangat menentukan proses terjadinya karya seni. Proses karya seni ini dapat diibaratkat sama dengan proses kemunculannya seorang manusia di bumi ini. Tahapan-tahapan proses karya seni memberikan sejauh mana karya seni itu muncul sebagai realitas yang estetis. Tahapan-tahapan tersebut, antara lain kehamilan, pertumbuhan, kemasakan, sketsa, dan pembentukan. Kelima tahapan proses terjadinya karya seni tersebut membentuk suatu kesatuan kreativitas manusia seniman. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proses Terjadinya suatu Karya Seni 1 EkaTiti Andaryani PROSES TERJADINYA SUATU KARYA SENI Eka Titi Andaryani FIP Universitas Negeri Semarang E-mail ekatitiandaryani Abstrak Seni adalah keindahan yang tertuang di dalam sebuah karya. Karya seni muncul tidak dengan serat-merta. Artinya, ada beberapa tahapan atau proses yang melingkupi kemunculan suatu karaya seni. Peran manusia seniman sangat menentukan proses terjadinya karya seni. Proses karya seni ini dapat diibaratkat sama dengan proses kemunculannya seorang manusia di bumi ini. Tahapan-tahapan proses karya seni memberikan sejauh mana karya seni itu muncul sebagai realitas yang estetis. Tahapan-tahapan tersebut, antara lain kehamilan, pertumbuhan, kemasakan, sketsa, dan pembentukan. Kelima tahapan proses terjadinya karya seni tersebut membentuk suatu kesatuan kreativitas manusia seniman. Kata kunci seniman, seni, fantasi, cipta, estetis THE ART-MAKING PROCESS Abstract Art is beauty which is expressed in a kind of work of art. It does not suddenly appear, meaning that there must be some stages or processes along the emergence of an art work. The artist’s role helps determine the process. It is like the emergence of human beings on earth. The stages and processes tell many things about how far the work appears as a kind of aesthetic reality. Those stages are pregnancy, growth, maturity, sketches, and formation. Those five stages form human beings’ creativities artist. Keywords artist, art fantasy, creation, aesthetic PENDAHULUAN Tulisan ini mencoba mengantarkan masuk ke alam renungan, membayangkan proses terjadinya suatu karya seni. Perlu kiranya diperhatikan apa yang sebenarnya mendorong manusia dengan sendirinya ke permukaan kesadaran dalam proses penciptaan seni ini, agar demikian manusia bisa menangkap peristiwa penciptaan seni ini seperti pengalaman seorang seniman, yaitu dengan bantuan dari dalam dan arah bantuan itu, sehingga karya seni itu selesai diciptakan. Sejauh itu pula manusia Proses Terjadinya suatu Karya Seni 2 EkaTiti Andaryani selalu boleh mengharapkan bantuan dari dalam tersebut pada saat-saat gejolak hati manusia muncul. Manusia harus bisa menangkap proses penciptaan seni itu seperti pengalaman-pengalaman yang disampaikan kepada orang lain, lagi pula telah dijelaskan melalui teori umum tentang pribadi manusia. Bila manusia bisa berhasil, maka dikatakan telah dapat memberikan andil suatu teori penciptaan seni Saini, 200143-45. Kiranya hal ini akan lebih berharga atau lebih berarti bila dibandingkan dengan sebuah gambar yang indah, apabila kita samakan terjadinya suatu karya seni dengan proses terjadinya seorang manusia, seperti halnya kalau membicarakan mengenai soal mengandung, tumbuh, dan akhirnya lahirnya suatu karya seni. Demikianlah, karya seni harus bisa disamakan dengan psiko-fisiknya organisme setiap bentuk hidup. Oleh karena itu untuk menerangkan terjadinya proses tersebut, dirasa tidak ada gambaran lain yang lebih pantas dan lebih sesuai dari pada menggambarkan proses terjadinya suatu karya-seni itu seperti proses terjadinya seorang manusia. Apa yang dilakukan dalam bakal terjadinya seorang manusia secara fisik, mula-mula akan dilakukan pula dalam bakal terjadinya karya seni secara fisik. Seniman dalam arti tertentu memiliki kedua nature ini yaitu perempuan dan laki-laki. Perasaan adalah merupakan prinsip perempuan, perasaan memiliki sifat menerima, ia menerima benih hidup dan menghidupinya hingga menjadi masak. Sebaliknya fantasi adalah merupakan prinsip laki-laki, ia memiliki sifat mencipta, membuahi, mengadakan serta menjadikan bentuk. Di situ fantasi dan perasaan harus berpadu kalau suatu karya seni harus terjadi. “Perasaan atau rasa yang dimaksud bukanlah rasa yang bersifat jasmani, melainkan rasa yang lebih mendalam, yaitu rasa rohani-jasmani” Driyarkara, 198072. Seperti seorang seniman mengalami pola seksual dalam dirinya sendiri, sebegitu kuat dia mengalami itu, dibanding orang lain yang tidak berkarya mencipta di alam ini. Boleh dikata, hampir tidak ada seniman tanpa perkembangan seksual yang kuat. Justru keadaan yang demikian, itulah yang sangat membantu seniman dalam mengembangkan fantasi-perasaan seninya. Demikianlah, seolah-olah terjadi hubungan seksual secara rahasia antara fisik dan psikis. Seperti telah terjadi pembuahan dan itu telah mulai tumbuh berkembang serta berakar Proses Terjadinya suatu Karya Seni 3 EkaTiti Andaryani menjadi janin. Kejadian itu tiada lain adalah merupakan pembeberan diri-sendiri, yang bisa dijadikan dasar pengenalan psiko-fisik pribadi seniman secara netral. “Hanya pikiran yang jernih mampu membuat suatu bahasa yang baik, hanya. pandangan yang jelas mampu menghasilkan suatu gambaran yang baik” Hartoko, 19938. Kalau sekarang terjadinya suatu karya, seni disamakan dengan terjadinya seorang manusia, maka proses selanjutnya perlu kita bedakan tahap demi tahap, seperti kehamilan, pertumbuhan, kemasakan, sketsa, dan pembentukan. KARYA SENI SUATU PROSES MENJADI Kehamilan Seperti manusia berasal dari satu sel telor yang dibuahi, demikianlah karya seni berkembang dari benih pengalaman yang dibuahi oleh fantasi cipta, yang bisa disebut ide karya seni. Suatu kesan yang didapat secara langsung atau tidak langsung, yaitu dari lingkup kecil dunianya, yang bisa merubah seniman ke gerak-gerak yang cepat dan hidup, yang merangsang keluar dari keadaannya yang seimbang dan mengundang suatu perasaan yang merangsang kuat dan menegangkan. Seniman yang mengalami keadaan seperti itu merasa kesadarannya menjadi suram. Dia merasa cita-citanya atau keinginannya tak dapat dielakkan lagi, merasa dirinya bersatu erat dengan kesan. Demikian hamilah fantasi perasaan yang merasa menerima benih hidup, semakin utuh membentuk cita-cita pribadinya dalam proses pertumbuhan serta pengesahan dirinya. Pengalaman pokok, kesan yang merangsang, serta ide kearah fantasi bentuk bersama-sama menuju ke arah penggambaran pribadi seniman. Dengan kehamilan itu, timbullah rasa ingin yang besar, keinginan untuk meninggikan jiwanya, seperti suatu perbuatan yang estetis, karakteristik. Tetapi bersamaan itu tersembul pula suatu rasa ketidaktenangan yang dapat menghanguskan dan menegangkan hati, yaitu yang ditimbulkan oleh gangguan kese-imbangan dalam. Dari kejadian itu semua seniman merasa telah dituntut untuk segera membebaskan dirinya dari kesan hamil itu dengan tindakan atau perbuatan Proses Terjadinya suatu Karya Seni 4 EkaTiti Andaryani mencipta. Dengan demikian, dia menyatukan diri dengan perasaan ingin akan kehamilan itu, dan dia tahu bahwa akan terjadi suatu kelahiran. Kesan itulah yang mengantarkan seniman kepada ide suatu karya seni. Apakah itu betul diperolehnya secara pasif atau malahan secara kebetulan saja? Tetapi bagaimana pun juga cita-cita itu lebih banyak ada pada seniman, yang menuju ke arah pengembangan diri, artinya untuk menyatakan pribadinya, yang tanpa disadari mendorongnya kesuatu cita-cita yang kompleks serta menekannya kesuatu keinginan fantasi, yang telah dipilihnya sendiri dari sejumlah besar di luar kesan, yang bisa memuaskan cita-cita ekspresinya. Jadi tanpa disadari seniman memilih ide itu sendiri ke dalam karyanya. Tetapi dia mengalami kehamilan itu yang menjadikannya lebih sadar atau kurang sadar mengikuti peraturan dari pada meninggalkan peraturan, mungkin juga itu bisa menjadi suatu inspirasi yang lebih tinggi. Semakin orang tahu dan mengerti dengan jelas akan seni yang tidak terbatas, yang mencerminkan kembali kemahakuasaan Tuhan, akan semakin besarlah kemungkinannya orang dapat berhasil mencapai kebenaran dan ideal seni Barry [ 196424-25. Sekarang, bagaimana permainan menghidupi itu bisa terjadi dengan berusaha memadatkan cita-cita itu pada ide selanjutnya, penerimaan ide itu, pembentukan fantasi perasaan pada kesan yang diterimanya, hal mana akan tetap menjadi rahasia, karena itu dilaksanakan dalam ketidak sadaran. Di situ kita hanya bisa mengerti itu „bahwa‟ demikian dan bukan „bagaimana‟ Fleming, 19795. Bila seorang pelukis atau pematung tertarik hatinya pada keindahan dari suatu bagian alam atau dari suatu gambaran fantasi yang kebetulan timbul, penyair misalnya dari suatu pertemuan dengan suatu bahan yang; puitis, pemusik dari suatu tema musikal yang bersemangat dan bersamaan itu ada perasaan “Itu harus kamu ujudkan!”, demikian memang padanya kehamilan atau penerimaan ide suatu karya seni itu terserap. Karena itu untuk selanjutnya, Driyarkara 198010 mengatakan, “Suara estetik yang diterimanya akan “digambarkan” lukis, atau “dipatungkan” pahat, atau “di bahasakan” sastra, atau “disuarakan” musik.” Mereka mengalami suatu ketegangan yang tinggi pada rasa inginnya, yang berkaitan dengan dorongan Proses Terjadinya suatu Karya Seni 5 EkaTiti Andaryani mencipta. Tetapi mereka umumnya belum tahu akan kehamilan sesaat, dan akhirnya apa yang akan diujudkan dari janin yang hidup itu. Pertumbuhan Pertumbuhan janin yang hidup itu harus kita bayangkan sebagai ide yang semakin kuat menguasai fantasi perasaan, yang makin sempurna membentuk kepribadian manusia di dalamnya. Demikian, ide itu akan mengarah ke pusat yang tersembunyi dalam hidupnya dan pengalaman pribadinya. Seluruh cita-cita yang berorientasi ke pusat itu akan berpengaruh terhadap penetralan kembali keseimbangannya yang telah terganggu. Semua pengalaman yang baru diperolehnya akan menuju ke pusat pengalaman itu, yaitu ke ide Barry [ 196422 . Begitulah janin berkembang, dihidupi oleh pengalaman-pengalaman baru yang selalu berbaur, dan akhirnya tumbuh besar menjadi suatu organ psikis yang terdiri dari banyak bagian, yang menuju ke suatu gambaran fantasi yang makin sempurna menggambarkan serta mencerminkan kepribadian seniman secara resmi di dalamnya. Pertumbuhan kandungan ide itu berjalan tanpa sadar dalam kegelapan. Seniman hanya mengalami dalam dirinya gejolak fantasi yang kuat, suatu perhatian yang semakin meningkat pada segala sesuatu yang ada sangkut-pautnya dengan ide. Dia merasa ada suatu gangguan dalam yang hebat. Suatu pernyataan yang masih selalu mengganggu keseimbangan, yang merupakan bumbu di dalam, akhirnya dia akan puas dengan perujudan dalamnya. Dia belum melihat secara keseluruhan, bahwa belum ada kesatuan dalam bermacam jenis itu, yang bisa mengungkapkan pribadinya secara sempurna. Oleh karena itu dia mengalami tahap pertumbuhan itu belum lagi merupakan pembebasan keinginan estetis, tetapi merupakan keadaan estetis yang sepenuhnya memaksa Margolis, 198010. Kemasakan Ide telah dikawinkan dengan kepribadian melalui perantaraan fantasi perasaan, semua pengalaman telah disamakan dan telah diorientasikan di situ sebagai pusat pengalaman, dengan begitu keseimbangan yang baru akan tercapai Tedjoworo, Proses Terjadinya suatu Karya Seni 6 EkaTiti Andaryani 200945. Ide pandangan dalam karya seni itu telah masak. Sekarang seniman berada pada posisi mempersatukan gambaran fantasinya. Dia berhadapan dengan organ psikis, pandangan dalamnya dipenuhi dengan keinginan estetis yang tinggi. Karena dalam fantasinya dia terangsang hatinya dan diorganisasi alam sekitarnya. Sekarang bertemu lagi pengesahan dirinya, karena itu dia sekarang bebas dengan pandangannya sendiri dan tidak ada lagi hambatan di dalamnya. Pengalaman kemasakan itu berarti puncak dari pada pengalaman perasaan dalam berkarya seni Margolis, 2012 356. Driyarkara 198032 telah menyinggung pula tentang pengalaman manusia yang tidak sama hebatnya. Memang, soal hebat tidaknya pengalaman manusia itu tergantung dari bakat dan kemampuan masing-masing, lagi pula itu tergantung pada keadaan konkritnya. Karena itu diketahui juga bahwa manusia itu selalu disibukkan oleh bermacam-macam persoalan, sehingga mungkin sekali mereka itu mengalami saat estetik itu secara dangkal saja. Tetapi dengan pengalaman kemasakan tadi orang merasa terikat dan bersamaan itu pula ada suatu dorongan yang kuat untuk segera menemukan jalan keluar. Ini berbeda dengan apa yang sebenarnya estetis, tapi tidak untuk orang yang memiliki bakat istimewa mencipta di sini seniman terdesak oleh fantasi ciptanya, untuk segera mengobjektifkan pengalamannya yang mengendap dari luar. Oleh karena itu dia sekarang sadar untuk menekan keadaan dirinya. Maka dari itu mungkin, bahwa gambaran fantasi ciptanya menjadi semakin kuat, langsung menghidupkan, serta reaksi perasaan yang timbul harus dilahirkan dengan gerak-gerak ekspresi yang bergairah, kemudian membentuknya melalui perantaraan gambaran fantasi ke dalam suatu ujud Tedjoworo, 200960. Sekarang gambaran fantasi yang telah masak itu bisa menjadi dorongan ekspresif yang hanya diperintahkan oleh perasaan. Oleh karena itu keikut sertaan akal yang sedang menganalisa dan memberi aba-aba tidak perlu lagi Fleming, 197960 . Tetapi sekarang karya seni yang kelihatan dalam fantasi sebagai gambar pribadi seniman, merupakan organ yang banyak bagiannya. Itu hanya bisa dilahirkan berupa tindakan secara berangsur-angsur, misalnya ke arah kesadaran yang jelas, Proses Terjadinya suatu Karya Seni 7 EkaTiti Andaryani serta hubungan masing-masing tindakan itu satu dengan yang lainnya. Jadi itu harus tumbuh dengan baik hingga masak, tetapi itu berjalan secara tidak sadar dan lagi hanya muncul dalam bentuk-bentuk fantasi ke dalam kesadaran. Suatu proses berjalan, dimana akal ikut ambil bagian. Jadi sadar akan arah cita-cita kehendaknya. Itulah sketsa. 1. SketsaDalam tahap ini seniman mencari terang dengan bantuan akal seninya, yaitu dengan teknik yang bagaimana dia sekarang harus membentuk karya seni itu, yang dia terima dan telah menjadi masak itu. Dia mencari terang itu dengan sinar akalnya. Hal ini berarti suatu proses penginsyafan. Tetapi bagaimana pun juga seniman tetap merasa dirinya kecil, hatinya kalut, sadar akan kelemahannya, akan keterbatasannya. Tetapi sketsa itu penting. Penciptaan yang sebenarnya, pembentukannya harus didorong oleh perasaan. Carrol dalam bukunya, Philosophy of Art 199954, menyinggung bahwa perasaan itu buta. Apakah itu betul? Hal ini bisa dibuktikan sendiri dari reaksi-reaksi yang timbul dari pengaruh gambaran-gambaran fantasi. Oleh karena itu seniman dalam beberapa hal dalam sketnya telah menarik garis-garis besar, serta membuat celah-celah, dimana dia bisa mengisinya pada saat-perasaan membentuk. Bersamaan dengan itu, dia mempertimbangkan akibat perasaan yang datang dari masing-masing bagian karya seni, yang terlihat dalam fantasi itu satu-sama lain, Agar di tengah perjalanan menganalisa nanti bisa dicapai suatu keadaan yang seimbang, seperti saat dia mengalami kemasakan gambaran fantasi itu secara sintetis. Dia telah meletakkan dalam beberapa hal „kerangka‟ karya seni itu secara telanjang dalam sketsanya. Sketsa tersebut dalam banyak hal bisa menjadi suatu tindakan dalam yang murni. Dan itu bisa menjadi aturan buat segolongan kecil karya seni. Pada sebuah pantun yang pendek, misalnya, itu bisa ditentukan dengan sepintas kilas akal, yang secara cepat telah mencakup penegasan pikiran. Pada banyak bagian karya seni sebaliknya, sketsa telah ditegaskan ke dalam bahan dasarnya. Pengamata dapat membayangkan ini pada sketsa para pelukis, pematung, dramawan, dan lain sebagainya. Sketsa-sketsa seperti itu keindahannya seringkali minim, kering, dan Proses Terjadinya suatu Karya Seni 8 EkaTiti Andaryani sederhana saja. Tetapi sketsa-sketsa itu bagaimana pun juga telah menunjukkan garis-garis besar pengaruh perasaan, serta telah membuka tabir bagaimana caranya menuju titik pusat, yaitu „ide‟. „Karya seni melayang di antara bola yang penuh rahasia dari tanda dan kesan “Kalau itu hanya merupakan kesan saja akan membuat hati manusia kalut, kalau hanya merupakan tanda raja itu menjadi sesuatu yang mati” Carrol, 199977. Oleh karenanya sket-sket itu sering kali bisa mendukung pengertian yang lebih mendalam dari karya seni, dan proses terjadinya karya seni tersebut. Sejauh perasaan seniman terlibat pada sketsa itu, maka sudah menjadi kaprah kalau pada semua perbuatan estetis, yang tidak ada kerja samanya rasa tidak akan jadi. Maka dengan bagian-bagian macam itu sampailah sudah sket itu pada tahap akhir yang terpenting proses penciptaan. Akhirnya, manusia masuk pada tahap pembentukan. 2. PembentukanDalam proses pembentukan ini meledaklah desakan ekspresi seniman, yang merupakan suatu kejadian kejiwaan yang murni, yaitu pengalaman fantasi seniman. Karena itu harus ditahan dan ditekan pada kesadarannya sekarang, bahwa itu harus digambarkan dalam suatu bahan dasar. Tetapi itu hanya bisa terjadi melalui gerakan-gerakan badani, yang tidak digerakkan secara langsung oleh akal, tetapi langsung dari perasaan. Hanya karena nafsu perasaan seperti itu telah melahirkan gerakan-gerakan, yang bisa menekan perasaan tersebut, akhirnya menjadikan sebab perasaan itu menggambarkan bayangan-bayangan fantasi. Demikian seperti manusia yang terang-sang kuat oleh perasaannya, mencoba melukiskan gambaran rangsangan itu melalui gerak-gerak tangan yang tidak disengaja. Begitulah seniman menggambarkan bentuk-bentuknya dengan pertolongan dorongan ekspresi gerak-gerak yang merangsang perasaan. “Seperti pada setiap perkembangan, demixian juga yang sama pada masalah seni seperti halnya sikap, suatu permulaan yang dijelaskan sebagai akhir dan suatu akhir yang dijelaskan sebagai permulaan” Barry, 196422-24. Jadi, manusia bisa membayangkan proses pembentukan itu sebagai berikut. Fantasi adalah pembawa akibat ke arah penciptaan. Begitu hidupnya gambaran Proses Terjadinya suatu Karya Seni 9 EkaTiti Andaryani fantasi itu hingga dapat membawa pribadi seniman untuk menciptakan itu kembali. Itu selalu mengganggu keseimbangan dalam, akhirnya ke luar membawa reaksi perasaan ke arah pembebasan diri, tetapi juga ke arah keterbukaan diri seniman Barry, 196424-34. Dalam usaha membangun kembali keseimbangan serta ekspresi perasaan, keterbukaan diri langgsung di arahkan kegerak-gerak ekspresi melalui rangsangan gambaran fantasi tersebut, sekaligus menggambarkan pribadi seniman dengan resmi. Akal sendiri berada di latar belakang. Boleh dikatakan, tindakan-tindakan itu telah dilaksanakan sebelumnya dalam sket. Demikianlah sekarang tanpa kerjasama secara langsung dalam proses pembentukan itu, tetapi dengan penuh perencanaan, yang bisa menghasilkan bentuk kesatuan, dan di dalam kesatuan itulah pribadi seniman diekspresikan. Hal tersebut telah dijelaskan di depan, bahwa dalam kegiatan berfantasi, kesan seluruh tujuan cita-cita pribadi seniman secara harmonis sempurna ditekankan dalam tindakan yang reaktif. Karena pada proses pembentukan, kedua kekuatan itu telah menimbulkan pengalaman pahit, maka maklumlah, bahwa seluruh tujuan cita-cita itu, juga seluruh pribadi seniman dengan resmi digambarkan secara langsung. Itu mengenai hal yang tidak diketahui pada pembentukan, tindakan-tindakan yang dipertimbangknn. Itu memang telah dikerjakan terlebih dulu dalam sketsa. Seniman lebih banyak membentuknya ke luar dari kegelapan, yaitu dari gaya hidup-nya yang gelap, bersamaan itu pula belajar dari gambaran fantasi yang dikemudikan oleh cita-cita perasaan yang sesuai baginya. Karena itu dia tidak bisa melaporkan, bagaimana sebenarnya dia telah menghasilkan karya seni. Dia hanya bisa berkata “Saya harus berbuat demikian, saya telah merasa digiring ke sana. Oleh karena itu tak pernah bisa menyusun sesuatu aturan bagaimana suatu karya seni harus diciptakan” Wollhem, 198056. Filsafat seni di sini pada umumnya tidak bisa berbuat lebih lanjut, tetapi hanya berusaha menemukan pengesahannya secara umum Fleming, 197934. Karena hal tersebut secara umum telah menguasai manusia, maka sudah semestinya berlaku juga bagi setiap seniman. Oleh karena itu hal tersebut harus Proses Terjadinya suatu Karya Seni 10 EkaTiti Andaryani berlaku juga untuk setiap karya seni. Pengesahan umum itu bisa kita kenal atas dasar pelaksanaan sampai sekarang ini. Cobalah perhatikan, dalam pribadi manusia terletak suatu dasar pembentukan secara keseluruhan, yang bagi kita merupakan prinsip pembentukan yang bersifat apriori, yang tiada lain adalah suatu kesan pengesahan mengenai pembeberan dirinya,yang mendorong ke arah ekspresi diri. Karya seni tidak hanya sebagai keseluruhan saja, ia ada dalam bagian-bagiannya juga yang merupakan kesan kehi-dupan jiwa serta dunianya, dari manusia dan semua selain itu bergerak sebagai pecahan dari sebuah figur yang antik kepada kita tidak kepada yang terdalam Fleming, 1979160 Pada setiap perbuatan manusia sampailah ke suatu nilai estetis yang paling murni dan paling sempurna, terutama dalam hal penciptaan seni melalui perantaraan fantasi perasaan. Pada pekerjaan itu pribadi seniman sebagai keseluruhan selalu terlibat. Dengan begitu ciptaan seni berarti kesan pengalaman dalam kesadaran akan alam sekelilingnya, yang dituangkan melalui perantaraan bahan dasar yang dipergunakannya. Di dalam proses pembentukan, seniman menggambarkan organ-organ kejiwaan yang tumbuh sampai masak dalam gambaran fantasi melalui perintah perasaan menjadi gerak-gerak ekspresi. Di dalam gambaran itu, di dalam karya seni, harus ditegaskan pengesahan pribadi seniman. Karena tujuan cita-cita sekarang lebih banyak disatukan, yaitu kesatuan dari banyak hal, maka pengesahan umum berarti bagi setiap orang, jadi berlaku juga bagi setiap seniman. Kita harus bisa menemukan kembali pengesahan umum tersebut dalam setiap karya seni, yang juga merupakan kesatuan dari banyak hal itu. Di situ tujuan cita-cita sama seperti yang telah didengar, pada hakikinya telah dinyatakan oleh setiap orang sebagai pembebasan diri dan pembebasan cita-citanya sendiri. Maka demikian manusia akan menemukan kembali cita-cita itu secara simbolis dalam setiap karya seni Saini, 200144. Mengenai pengesahan umum tersebut berlaku juga untuk semua bidang seni, telah disusun suatu pengesahan khusus yang berlainan untuk masing-masing bidang seni. Teori seni dalam hal ini telah mendapat tugas khusus untuk menyelidiki kemungkinan-kemungkinannya. Pengesahan khusus tersebut merupakan penyerahan Proses Terjadinya suatu Karya Seni 11 EkaTiti Andaryani diri atas kerjasama pengesahan umum material, di mana seniman menggambarkan pengalamannya, dan organ tertentu di mana material tersebut dipergunakan. Mengenai pengesahan khusus itu akhirnya disusun pengesahan yang bersifat individu sebagai menara gading, di dalamnya tercermin individu seniman. Hal itu tidak bisa disalurkan'masuk keteori umum lagi, tetapi sebagai sesuatu yang terakhir, dapat ditentukan hanya sebagai perasaan ugahari. Penentuan tersebut bisa menjadi suatu saran monografis pembahasan seni Saini, 200160. Setiap karya seni mengambil bagian dari ketiga pengesahan tersebut. Pada masing-masing tinggallah suatu sisa yang tidak bisa dimengerti oleh akal, tetapi hanya bisa ditangkap oleh perasaan saja. Di lain pihak dikatakan bahwa itu hanya bisa dialami oleh perasaan saja, individu yang murni pada hakekatnya adalah karya seni itu sendiri. Filsafat seni umum sebenarnya telah memecahkan persoalan yang relatif sederhana ini yaitu dengan menentukan pengesahan umum beserta kesimpulan-kesimpulan penyerahan dirinya. Apakah dia akan mampu berbuat lebih, melebihi batas benda yang diselipkan? Inilah tugas suatu seni, untuk mendobrak kesempitan dan meninggalkan rasa takut yang tak terhingga serta sekaligus membukakan jendela akalnya untuk mengidam-idamkan yang tak terbatas Fleming, 197987; Saini, 200167. Bagaimana sekarang masalahnya mengembangkan kesimpulan-kesimpulan semacam itu? Kita di sini akan menemukan, bahwa dari kepastian di atas, penciptaan seni terpengaruh oleh pengesahan umum, artinya bahwa teori umum penciptaan seni samasekali berpangkal dengan sendirinya pada kejernihan dan pada kejelasan pengertian orang tentang seni. Di situ nampak pertumbuhan yang sangat subur secara genetis. Kalau manusia tahu, pengesahan umum yang mana yang pegang peranan penting dalam penciptaan seni ini, bersama itu pula kita tahu, pengesahan umum yang mana yang ditekankan dalam karya seni, artinya kita beruntung situ pandangan dalam kejadian seni . Proses Terjadinya suatu Karya Seni 12 EkaTiti Andaryani KESIMPULAN Seni sebagai realitas estetis. Keindahannya memancarkan suatu kreativitas yang luar biasa. Ia berada dalam lingkungan di mana ia dilahirkan, namun juga tak jarang ia berada di luar lingkungan di mana ia dilahirkan. Realitas estetis yang ditampilkan sebuah karya seni sebagai sebuah keutuhan, baik keutuhan material maupun formal. Karya seni yang hadir dalam realitas merupakan karya manusia seniman. Proses dalam suatu karya seni lebih menitikberatkan pada dimensi estetis dan kreatif seorang seniman. Namun, proses terjadinya karya seni tidaklah sesederhana seperti hanya melihat karya seni yang sudah jadi. Dalam prosesnya, seorang seniman berkontemplasi estetis hingga mampu mendeformasi objek material ke dalam bentuk suatu karya seni. Proses inilah yang dapat dilihat sebagai salah satu bentuk kreativitas seniman. Dari kata “proses” tersebut kiranya perlu direnungkan lagi kata-kata seorang Filsuf Inggris, Alfred North Whitehead 1861-1947, yang menuliskan tentang Filsafat Proses Realitas bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus bergerak dan berubah dalam suatu proses yang tak kunjung berhenti. Dalam prinsip realtivitas, “yang banyak” yaitu satuan-satuan aktual yang sudah lengkap, selalu terlibat dalam proses pembentukan “yang satu”, yakni satuan aktual baru yang membentuk dan mencipta diri. Seluruh alam terus terlibat dalam proses transmisi maupun kenkresi Ali Mudhofir, 2001535. Proses Terjadinya suatu Karya Seni 13 EkaTiti Andaryani DAFTAR PUSTAKA Ali Mudhofir, 2001, Kamus Filsuf Barat, Yogyakarta Pustaka Pelajar. Barry, Sir Gerald, 1964, The Art Man’s Creative Imagination, New York Doubleday and Company Inc. Carrol, Noel, 1999, Philosophy of Art A Contemporary Introduction, London - New York Routledge. Driyarkara, N., 1980, Driyarkara tentang kebudayaan, Yogyakarta Penerbit Yayasan Kanisius. _________, 1978, Filsafat Manusia, YogyakartaPenerbit Yayasan Kanisius. Fleming, William, 1979, Art and Ideas, New York Rinehart and Winston. Margolis, Joseph, Pengantar ke dalam Probelem-problem Filsafat, diterjemahkan oleh Theophilius J. Riyanto. Yogyakarta Kanisius. _________, 1980, Art and Philosophy Conceptual Issues in Aesthetics, Great Britain The Harvester Press Ltd. Saini 2001, Taksonomi Seni, Bandung STSI Press. Tedjojiwo, H., 2009, Imanji dan Imajinasi Suatu Telaah Filsafat Postmodern, Yogyakarta Kanisius. Wollheim, Richard, 1980, Art and Its Object, New York Cambridge University Press. ... In the process of making works, an artist can often think of several ideas and look for the most appropriate with what they want to convey Martopo, 2006;Titi Andaryani, 2016. In addition, in the process of creating a work of art, the artist must take into account the material and media to be used so that it is following the technique they want to use. ...p>Art creation can be used to meet the needs of artists by being creative and expressing. The creative process of making this work was initiated from the creation of a figure on the object of the work of art as the artist's self-expression. This research method uses descriptive qualitative analytical and exploratory methods of data obtained from the analysis of aesthetic concepts from works of art. The problem in this process of creation is how art reaches its potential to convey the feeling of alienation of artist through the figures in the work. The results of this process of making are metaphorical figures of the process of contemplation. The message from this artwork is that art has an effective ability to evoke empathy and closeness between people who share similar experiences and complex feelings. Through figures who can reach that potential and independently make connections with appreciators Penciptaan seni dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan seniman dengan berkreasi dan berekspresi. Proses kreasi pembuatan karya ini digagas dari penciptaan figure pada objek karya seni sebagai ekspresi-diri seniman. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kualitatif, dan eksplorasi, data yang diperoleh dari analisis konsep-konsep estetika dari karya-karya seni rupa. Permasalahan dalam proses penciptaan ini bagaimana seni mencapai potensi untuk menyampaikan perasaan keterasingan seniman melalui figure-figure pada karya. Hasil dari proses pembuatan ini adalah figur-figur metaforik dari proses kontemplasi. Pesan yang disampaikan bahwa karya seni memiliki kemampuan efektif untukmembangkitkan empati dan kedekatan antara orang-orang yang berbagi pengalaman yang serupa dan perasaan yang kompleks. Melalui figure yang dapat mencapai potensi itu dan secara mandiri membuat koneksi dengan para apresiatorEvery artist has the goal of creating works of art that cannot be separated from the spiritual feelings experienced daily. The creative process of creating this work of art is initiated from the mirror which will be explored in the work of art. The method used is descriptive qualitative study and experimental method. The problem in this creation process is how the phenomenon that occurs when humans feel unhappy in their inner life so that they feel depressed, even judged between individuals, both physically and non-physically. The result of this creation process is a puzzle arrangement which is a metaphor for the results of reflection as well as the spiritual relationship of the soul with the body that has been experienced in living and contemplating life. The message conveyed through this work is that humans must understand each other. Setiap seniman memiliki tujuan menciptakan karya seni yang tidak lepas dari perasaan spiritual yang dialami sehari-hari. Proses kreatif penciptaan karya seni ini digagas dari cermin yang akan dieksplorasikan pada karya seni. Metode yang dipergunakan adalah studi metode deskriptif kualitatif dan metode eksperimental. Permasalahan dalam proses penciptaan ini bagaimana fenomena yang terjadi ketika manusia merasakan perasaan tidak bahagia dalam kehidupan batinnya sehingga merasa tertekan, bahkan dinilai antar individu, baik secara fisik maupun non fisik. Hasil dari proses penciptaan ini adalah susunan puzzle yang merupakan metafora dari dari hasil refleksi sebagaimana hubungan spiritual jiwa dengan tubuh yang telah berpengalaman dalam penjalanan hidup dan perenungan hidup. Pesan yang disampaikan melalui karya ini adalah manusia harus saling memahami antara satu dengan lainnya

dalam proses penciptaan karya seni dibutuhkan